Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah
agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan
hukum. Sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad
SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah mengamalkan seluruh ajaran
Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk
Rasulullah SAW, tentu mereka akan memperoleh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan
di dunia dan di akhirat. Adapun strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha
mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
a)
Dakwah
secara sembunyi-sembunyi selama 3-4 tahun.
Cara ini
ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa masyarakat Arab
jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan
leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam
mempertahankannya. Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah
SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang
telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti
Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu
Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya, waktu
masuk Islam ia baru berusia 10 tahun), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah
SAW, wafat tahun 8 H = 625 M), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah
SAW, yang hidup dan tahun 573 - 634 M), dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW
pada waktu kecil).
Sesuai
dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah SAW,
tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar
Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak orang.
Karena budi bahasanya yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai
bergaul telah meneladani Rasuliillah SAW, yakni berdakwah secara
sembunyi-sembunyi.
Usaha
dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa orang kawan
dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :
(1)
Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abdul Amar
berarti hamba milik si Amar. Karena Islam melarang perbudakan, kemudian nama
itu diganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba
Allah SWT Yang Maha Pengasih.
(2)
Abu Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari.
(3)
Utsman bin Affan.
(4)
Zubair bin Awam.
(5)
Sa’ad bin Ahu Waqqas.
(6)
Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam,
pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di
atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
b)
Dakwah Secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan
ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang
berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.
Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba kamu cari dan
pelajari).
Tahap-tahap dakwah Rasulullah
SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut :
1) Mengundang kaum kerabat
keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka
agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah SWT waktu itu belum
menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai agama mereka. Namun
ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk
Islam, tetapi merahasiakan keislamannya, pada waktu itu dengan tegas menyatakan
keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid
bin Haritsah.
2)
Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah,
terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul
Bukit Shafa, yang letaknya tidak jauh dan Ka’bah. Rasulullah SAW memberi
peringatan kepada semua yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan
terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri kepada
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Rasulullah
SAW juga menegaskan, jika peringatan yang disampaikannya itu dilaksanakan tentu
akan meraih rida Ilahi bahagia di dunia dan di akhirat. Tetapi apabila
peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka Allah SWT, sengsara di dunia
dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah
SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok yang menolak disertai teriakan
dan ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan
hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila, seraya ia berkata
“Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” Sebagai
balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang berisi
kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab, 111: 1-5 (coba kamu
cari dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada periode dakwah secara
terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dua orang kuat dari
kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW)
dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6
dari kenabian sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama setelah
sebagian kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
3) Rasulullah SAW menyampaikan
seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat
bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain :
(a) Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar, yang bertempat
tinggal di sebelah barat laut Mekah atau tidak jauh dari laut Merah, menyatakan
diri di hadapan Rasulullah SAW masuk Islam. Keislamannya itu kemudian diikuti
oleh kaumnya.
(b) Tufail
bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus yang bertempat
tinggal di wilayah barat kota Mekah, menyatakan diri masuk Islam di hadapan
Rasulullah SAW. Keislamannya
itu diikuti oleh bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.
(c) Dakwah Rasulullah SAW terhadap
penduduk Yatsrib (Madinah), yang datang ke Mekah untuk berziarah nampak
berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah SWT, para penduduk Yatsrib, secara
bergelombang telah masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Gelombang pertama
tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang.
Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi.
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah
untuk berziarah dan menemui Rasulullah SAW, umat Islam penduduk Yatsrib yang
jumlahnya mencapai 73 orang di antaranya 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula
berziarah ke Mekah, orang-orang Yatsrib yang belum masuk Islam. Di antaranya
Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan
diri masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW
pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan
Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam
Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Walaupun
untuk itu mereka harus mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa. Selain itu,
mereka memohon kepada
Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke
Yatsrib.
Setelah
terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu, kemudian Rasulullah SAW
menyuruh para sahabatnya yakni orang-orang Islam yang bertempat tinggal di
Mekah, untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Para sahabat Nabi SAW melaksanakan
suruhan Rasulullah SAW tersebut. Mereka berhijrah ke Yatsrib secara diam-diam
dan sedikit demi sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan sebanyak 150 orang
umat Islam penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib.
Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.,
dan Ali bin Abu Thalib masih tetap tinggal di Mekah, menunggu perintah dari
Allah SWT untuk berhijrah. Setelah datang perintah dari Allah SWT, kemudian
Rasulullah SAW berhijrah bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., meninggalkan kota
Mekah tempat kelahirannya menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW ini
terjadi pada awal bulan Rabiul Awal tahun pertama hijrh (622 M). Sedangkan Ali
bin Abu Thalib, tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW, karena beliau
disuruh Rasulullah SAW untuk mengembalikan barang-barang orang lain yang
dititipkan kepadanya. Setelah perintah Rasulullah SAW itu dilaksanakan,
kemudian Ali bin Abu Thalib menvusul Rasulullah SAW berhijrah ke Yatsrib.
Saya minta izin Copy - Paste ya...
BalasHapusTerima Kasih !