Sabtu, 06 September 2014

ASMAUL HUSNA


Asmaul Husna berasal dari kata al-asma yang berarti nama-nama dan al-husna yang berarti baik. Jadi al-Asmaul Husna secara bahasa diartikan dengan nama-nama yang baik. Asmaul Husna adalah nama Allah yang terbaik. Dapat  dikatakan pula sebagai asma Allah yang terindah. Ia merupakan puncak keindahan karena di dalamnya terdapat makna terpuji dan termulia. Nama-nama terindah itu mengandung pengertian kehidupan yang sempurna, yang tidak didahului dengan ketiadaan dan tidak diakhiri dengan kesirnaan. Tidak berawal dan tidak berakhir.
Secara fitrah manusia telah dibekali sifat-sifat baik dan terpuji. Sifat-sifat tersebut merupakan pancaran dari asmaul husna. Sayangnya sejalan dengan perkembangan dan pengaruh lingkungan, sifat-sifat dasar tersebut perlahan-lahan melemah dan menjadi terkalahkan.
Sejak lahir, manusia telah dilengkapi dengan hati yang fitrah (bersih). Hal ini merekam sifat-sifat Allah. Jika ia mampu memeliharanya samapai dewasa, maka pancaran Asmaul Husna akan membuat dirinya menjadi mulia. Tetapi jika sifat fitrah itu bercampur dengan sesuatu yang buruk, maka sifat-sifat fitrah ini akan menjadi lemah bahkan terkalahkan dan terbelenggu oleh emosi diri, prasangka negative, kepentingan pribadi dan pengaruh-pengaruh luar yang tidak menguntungkan.
Sifat-sifat dasar ini tidak akan pernah hilang dari manusia sampai dia meninggal, walaupun dia terkalahkan oleh sifat-sifat buruk. Hal inilah yang menjadi dasar keimanan seseorang kepada Allah SWT. Jika dia mampu menjaga dan mempercayai suara-suara hati yang baik, maka keimanannya kepada Allah akan semakin baik. 

 
Keyakinan adanya Allah tidak perlu dipertanyakan. Namun keyakinan terhadap pemahaman Asmaul Husna perlu ditajamkan. Karena banyak orang yang percaya kepada Allah tetapi tidak mengetahui seluk beluk Asmaul Husna. Banyak orang yang hapal Asmaul Husna, tetapi tidak tepat dalam mengaplikannya. Sehinga seringkali kita secara tidak sadar menganalogkan antara sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk.
Manusia sebagai khalifah Allah, tentu telah dibekali dengan sifat-sifat yang melekat pada-Nya. Meskipun sifat-sifat itu tidak akan pernah sama. Misalnya Allah memiliki sifat Maha Adil, manusia sebagai khalifah Allah dalam mengelola alam semesta ini pula harus memiliki sifat adil. Apa yang akan dilakukan dengan memperhatikan asas keadilan terhadap manusia lain, makhluk Allah yang lain yang Allah titipkan kepada kita untuk mengurusnya. Seperti ketika kita mau merusak hutan, kita harus mempertimbangkan keadilan kepada manusia lain yang akan kekurangan oksigen dan persediaan air, hewan yang akan kehilangan tempat tinggal dan habitatnya, tumbuhan lain yang akan kehilangan sumber makanan karena daun-daun yang berjatuhan di atas mereka tidak lagi berjatuhan. 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBELAJARAN X MIPA 3 & X IPS 2

BERLOMBA DALAM KEBAIKAN Untuk Kamis, 26 Maret 2020 & Jum'at, 27 Maret 2020 Belajar dari rumah, minggu kedua efek "Epidemi ...