1. Tentang sifat Tuhan
Pemikiran
Asy`ariyah dan Maturidiyah memiliki pemahaman yang relatif sama. Bahwa
Tuhan itu memiliki sifat-sifat tertentu. Tuhan Mengetahui dengan sifat
Ilmu-Nya, bukan dengan zat-Nya Begitu juga Tuhan itu berkuasa dengan
sifat Qudrah-Nya, bukan dengan zat-Nya.
2. Tentang Perbuatan Manusia
Pandangan
Asy`ariyah berbeda dengan pandangan Maturidiyah. Menurut Maturidiyah,
perbuatan manusia itu semata-mata diwujudkan oleh manusia itu sendiri.
Dalam masalah ini, Maturidiyah lebih dekat dengan Mu`tazilah yang secara
tegas mengatakan bahwa semua yang dikerjakan manusia itu semata-mata
diwujdukan oleh manusia itu sendiri.[33]
3. Tentang Al-Quran
Pandangan
Asy`ariyah sama dengan pandangan Maturidiyah. Keduanya sama-sama
mengatakan bahwa Al-quran itu adalah Kalam Allah Yang Qadim. Mereka
berselisih paham dengan Mu`tazilah yang berpendapat bahwa Al-Quran itu
makhluq.
4. Tentang Kewajiban Tuhan
Pandangan
Asy`ariyah berbeda dengan pandangan Maturidiyah. Maturidiyah berpendapat
bahwa Tuhan memiliki kewajiban-kewajiban tertentu. Pendapat Maturidiyah
ini sejalan dengan pendapat Mu`tazilah.
5. Tentang Pelaku Dosa Besar
Pandangan
Asy`ariyah dan pandangan Maturidiyah sama-sama mengatakan bahwa seorang
mukmin yang melakukan dosa besar tidak menjadi kafir dan tidak gugur
ke-Islamannya. Sedangkan Mu`tazilah mengatakan bahwa orang itu berada
pada tempat diantara dua tempat “Manzilatun baina manzilatain”.
6. Tentang Janji Tuhan
Keduanya
sepakat bahwa Tuhan akan melaksanakan janji-Nya. Seperti memberikan
pahala kepada yang berbuat baik dan memberi siksa kepada yang berbuat
jahat.[34]
7. Tentang Rupa Tuhan
Keduanya sama-sama
sependapat bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung informasi tentang
bentuk-bentuk pisik jasmani Tuhan harus ditakwil dan diberi arti majaz
dan tidak diartikan secara harfiyah. Az-Zubaidi menyatakan bahwa jika
dikatakan Ahlus Sunnah, maka yang dimaksud dengan mereka itu adalah
Asy'ariyah dan Maturidiyah.
Penulis Ar-Raudhatul Bahiyyah
mengemukakan bahwa pokok semua aqaid Ahlus Sunnah wal Jamaah atas dasar
ucapan dua kutub, yakni Abul Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur
Al-Maturidi.
Uraian di atas menjelaskan bahwa Asy’ariyah adalah
ahlus sunnah wal jamaah itu sendiri. Pengakuan tersebut disanggah oleh
Ibrahim Said dalam majalah Al-Bayan bahwa:
Ø Bahwa pemakaian
istilah ini oleh pengikut Asy'ariyah dan Maturidiyah dan orang-orang
yang terpengaruh oleh mereka sedikit pun tidak dapat merubah hakikat
kebid'ahan dan kesesatan mereka dari Manhaj Salafus Shalih dalam banyak
sebab.
Ø Bahwa penggunaan mereka terhadap istilah ini tidak
menghalangi kita untuk menggunakan dan menamakan diri dengan istilah ini
menurut syar'i dan yang digunakan oleh para ulama Salaf. Tidak ada aib
dan cercaan bagi yang menggunakan istilah ini.
Kesimpulan
Kelompok Asy’ariyah dan Al-maturidi muncul karena
ketidakpuasan Abul Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur Muhammad ibn
Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi terhadap argumen dan pendapat-pendapat
yang dilontarkan oleh kelompok Muktazilah. Dalam perjalannya, Asy’ari
sendiri mengalami tiga periode dalam pemahaman akidahnya, yaitu
Muktazilah, kontra Muktazilah, dan Salaf.
Antara Asy’ariyah dan
Maturidiyah sendiri memiliki beberapa perbedaan, di antaranya ialah
dalam hal-hal sebagai berikut: Tentang sifat Tuhan, tentang perbuatan
manusia, tentang Al-Qur’an, kewajiban tuhan, Pelaku dosa besar, Rupa
Tuhan, dan juga janji Tuhan.
Pokok-pokok ajaran Al-Maturidiyah
pada dasarnya memiliki banyak kesamaan dengan aliran al-Asy'ariyah
dalam merad pendapat-pendapat Mu'tazilah. Perbedaan yang muncul bisa
dikatakan hanya dalam penjelasan ajaran mereka atau dalam masalah
cabang.
Pemikiran-pemikiran al-Maturidi jika dikaji lebih dekat,
maka akan didapati bahwa al-Maturidi memberikan otoritas yang lebih
besar kepada akal manusia dibandingkan dengan Asy’ari. Namun demikian di
kalangan Maturidiah sendiri ada dua kelompok yang juga memiliki
kecenderungan pemikiran yang berbeda yaitu kelompok Samarkand yaitu
pengikut-pengikut al-Maturidi sendiri yang paham-paham teologinya lebih
dekat kepada paham Mu’tazilah dan kelompok Bukhara yaitu pengikut
al-Bazdawi yang condong kepada Asy’ariyah.
Kami cuma ambil ilmu yang Allah redha dari kamu, ilmu dan apa sahaja yang Allah tak redha kepunyaan kamu dan kepunyaan pembantu pembantu kamu pada saya dan keluarga serta siapa sahaja, kami pulangkan semula kepada kamu selama lamanya, apa sahaja ilmu bathil yang kami terambil atau ambil dari kamu dan pembantu pembantu kamu dimasa lalu,kini dan dimasa akan datang
BalasHapus