Perjanjian Hudaibiyah yang
pokok-pokok isinya antara lain :
a) Segala
permusuhan kedua belah fihak dihentikan selama 10 tahun.
b) Setiap
orang Quraiys yang datang kepada kaum muslimin tanpa seijin walinya harus di
tolak dan dikembalikan.
c) Setiap
orang Islam yang menyerahkan diri kepada fihak Quraiys tidak akan dikembalikan.
d) Setiap
kabilah yang ingin bersekutu dengan kaum Quraiys maupun dengan kaum muslimin
tidak boleh dihalang-halangi oleh salah satu fihak.
e) Kaum
muslimin tidak boleh memasuki kota Makkah pada tahun itu, namun diberi
kesempatan pada tahun berikutnya dengan syarat tidak membawa senjata kecuali
pedang dalam sarungnya dan tidak boleh tinggal di Makkah lebih dari 3 hari.
Dalam peristiwa
ini Rasulullah SAW menunjukkan kemampuannya sebagai seorang politikus yang
pandai berdeplomasi. Perjanjian ini menunjukkan pengakuan Quraiys terhadap
eksistensi kaum muslimin dan ini berarti kemenangan bagi umat Islam. Sepintas
lalu perjanjian tersebut memang berat sebelah dan merugikan kaum muslimin. Akan
tetapi selama gencatan senjata banyak tokoh Qurays yang masuk Islam seperi
Kholid bin Walid, Amr bin Ash dan Usman bin Thalhah. Selama genjatan senjata
berlangsung, Rasulullah SAW mulai mendakwahkan Islam kepada kabilah-kabilah
Arab lainnya, dan mengirimkan surat kepada Kaisan Romawi, Kisra Persia,
Gubernur Yaman, Kaisan Habsyi, Gubernur Ghassaniah (Basro di bawah kekuasaan
Romawi) dan gubernur Mesir. Kisra dari
Persia dengan keangkuhannya merobek-robek surat dari Rasulullah SAW dan
menghina serta mengusir pembawanya. Dalam pada itu Harits bin Umar yang di utus
Rasulullah SAW kepada Gubernur Ghassaniyah di tolak dengan kasar dan kemudian
di bunuh. Penghinaan yang dilakukan Gubernur Ghassaniyah dan pembunuhan atas
Harits bin Umar memicu berkorbannya perang Mu’tah. Dalam perang ini
panglima muslim Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid. Kepemimpinannya
dilanjutkan oleh Abdullah bin Ruwahah namun iapun gugur. Demikian pula Ja’far
bin Abi Thalib yang menggantikan Abdullah gugur di tangan tentara Romawi.
Khalid bin Walid yang tampil menggantikan Ja’far, dengan naluri seorang
panglima berpengalaman memberi komando kepada pasukannya supaya mundur dan
kembali ke Madinah. Ini terjadi pada tahun 8 H. Peristiwa ini menyadarkan
kepada kaum muslimin bahwa di utara ada musuh yang tidak bisa di remehkan. Pada
tahun ketika terjadi perang Mu’tah orang-orang Quraiys membantu sekutu mereka
Bani Bakar yang berselisih dengan Bani Khuza’ah (sekutu kaum muslimin).
Tindakan ini
berarti melanggar perjanjian Hudaibiyah. Menanggapi sikap kaum Quraiys ini pada
10 Ramadhan 8 H, Rasulullah SAW memimpin 10.000 pasukan berangkat berangkat
menuju Makkah. Ketika pasukan besar itu berkemah di dekat kota Makkah, Abbas
bin Abdul Muthalib datang menyatakan keIslamannya, disusul Abu Sofyan pemimpin
besar Quraiys yang sudah kandas dengan ambisinya. Setelah Abu Sofyan menyerah,
Rasulullah SAW memerintahkan pasukannya untuk memasuki kota Makkah lewat 4
penjuru. Dengan demikian Makkah jatuh ke tangan kaum muslimin
tanpa perlawanan sama sekali. Patung-patung dan berhala di sekeliling Ka’bah
mereka hancurkan kemudian mereka thawaf mengelilingi Ka’bah dan kemudian
turunlah QS. Al-Isro’
: 81. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 20 Ramadhan 8 H. Inilah yng disebut
dengan Fathul Makkah. Dengan pembebasan kota Makkah bukan berarti musuh
Islam sudah lenyap, kabilah-kabilah di sekitar Makkah seperti Badui, kaum
Masehi di Najran, dan beberapa kabilah yang terdiri dari Hawazin, Tsaqif,
Jusyam, Nasr, Sa’ad bin Bakar dan Bani Hilal membentuk persekutuan baru untuk
menyerang kaum muslimin. 10.000 pasukan
dari Madinah + 2.000 dari Makkah segera disiapkan untuk menyerang para
komplotan sebelum mereka menyerang. Ketika pasukan kaum muslimin melewati
jalan-jalan sempit di sela-sela bukit Hunain pegunungan Tihamah tiba-tiba
diserang dengan membabi buta hingga membuat pasukan kaum muslimin sempat kocar
kacir. Kemudian Rasullullah SAW berdiri ditemani tidak kurang dari 100 sahabat termasuk Abu Bakar, Umar,
Ali dan Abbas memberikan komando untuk melakukan serangan balik dan akhirnya
musuh dapat taklukkan. Sisa-sisa musuh yang kalah melarikan diri ke Thaif
termasuk pemimpin mereka Malik bin Auf
dan bertahan di benteng kota yang terkenal sangat kuat. Kaum muslimin
mengepung benteng itu beberapa waktu lamanya namun tidak berhasil. Akhirnya
Rasulullah SAW kembali ke Ja’ronah dan tetap memblokir daerah sekitarnya. Pada
saat itulah kabilah Hawazin menyerah dan menyatakan masuk Islam, begitu juga
penduduk Thaif yang menderita akibat blokade kaum muslimin juga menyatakan
masuk Islam.
Pada bulan Rajab 9 H bertepatan dengan bulan oktober
630 M. Rasulullah SAW mempersiapkan pasukan untuk menghadapi tentara Romawi di
utara. Karena medan yang dituju amat jauh dan musuh yang dihadapi sangat kuat
dan terlatih maka Rasulullah SAW membentuk pasukan khusus yang dinamakan “Jaisyul
Usroh”, (Laskar Saat Kesulitan) karena pada waktu sedang terjadi musim
panas dan di Madinah sedang musim panen. Seluruh biaya perang di tanggung oleh
beberapa sahabat yang kaya seperti Abu Bakar mendermakanseluruh hartanya,
Utsman mendermakan 300 unta dan uang 1000 dinar. Pasukan Romawi yang semula
akan menyerang tentara Islam, mundur kembali ke negerinya setelah melihat
betapa besar jumlah pasukan lawan yang dipimpin Rasulullah SAW dan
pahlawan-pahlawan padang pasir yang tak kenal mundur. Kaum muslimin tidak
mengejar mereka tetapi berkemah di Tabuk. Oleh karena itu peristiwa itu dikenal
dengan nama perang Tabuk.
Sesudah Islam mencapai kemenangan hampir diseluruh
jazirah Arab hanya kabilah-kabilah yang terpencar-pencar yang belum menganut
Islam. Ketika pemuka-pemuka kabilah itu mengetahui bahwa Makkah sudah di kuasai
oleh kaum muslimin, mereka menyadari tidak mungkin lagi ada kekuatan yang mampu
memerangi kaum muslimin. Oleh Karen itu, sejak tahu 9 H (630/631 M) para utusan
kabilah-kabilah Arab datang berbondong-bondong menghadap Rasulullah SAW
menyatakan masuk Islam. Mereka itu antara lain Bani Tsaqif dari Thaif, Bani
As’ad dari Najd, Bani Tamim disusul kemudian oleh utusan dari Yaman dan
sekitarnya pada tahu 10 H. Oleh Karena itu tahun ini disebut tahun perutusan
atau ‘Am Al-Wufud. Demikianlah Islam telah merata diseluruh jazirah Arab
setelah Rasulullah SAW berjuang lebih dari 20 tahun. Bangsa Arab yang
sebelumnya berpecah belah dan selalu bermusuhan, kini bersatu di bawah seorang
pemimpin dan bernaung di bawah satu panji yaitu panji Islam.
Haji Wada’
dan Akhir Hayat Rasulullah SAW. Ketika para utusan
kabilah-kabilah Arab datang menghadap Nabi SAW untuk memeluk agama Islam
kemudian disusul turunnya surat An-Nasr yang menggambarkan utusan-utusan itu
serta menyuruh Nabi untuk memohonkan ampun untuk mereka, maka terasalah beliau
bahwa tugasnya hampir selesai. Kemudian Rasulullah SAW bermaksud menunaikan
ibadah haji ke Baitullah. Pada tanggal 25 Dzulqo’dah 10 H, beliau bersama-sama
100.000 sahabatnya berangkat meninggalkan Madinah menuju Makkah. Pada tanggal 8
Dzulhijjah yang juga disebut hari tarwiyah Rasulullah SAW bersama rombongan
berangkat menuju Mina dan pada waktu fajar berikutnya mereka berangkat ke
Arofah. Tepat tengah hari di Arafah, beliau menyampaikan pidato yang amat
penting, yang ternyata merupakan pidato terakhir dihadapan khalayak yang sangat
banyak, sehingga pidato itupun dikenal dengan Khutbah Al-Wada’i (pidato
perpisahan). Beliau menyampaikan amanah dari atas punggung unta dan meminta
Rabi’ah bin Umayyah untuk mengulang dengan keras setiap kalimat yang beliau
ucapkan. Dan haji inilah yang kemudian terkenal dengan haji Wada’. Kira-kira
3 bulan sesudah mengerjakan haji wada’, Nabi SAW menderita demam selama
beberapa hari, kemudian menunjuk Abu Bakar untuk menggantikan beliau mengimami
shalat jama’ah. Pada tanggal 12 Rabi’ula Awwal 11 H (8 Juni 632 M), Rasulullah
SAW kembali ke hadirat Allah SWT dalam usia 63 tahun. Inna lillahi wainna
ilaihi ro’jiuun. Selama 23 tahun lamanya sejak diangkat menjadi Rasul beliau
berjuang tak mengenal lelah dan derita untuk menegakkan agama Allah SWT yakni
agama Islam. Rasulullah SAW telah wafat, tak ada harta benda yang berarti
yang beliau tinggalkan untuk diwariskan kepada istri dan anak-anaknya, tetapi
beliau meninggalkan dua buah pusaka yang beliau wariskan kepada seluruh umat
Islam, sebagaimana sabdanya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar